Ragam  

Balai Veteriner Medan bersama Dinas Perkebunan dan Peternakan Pemprovsu Gelar Rakor dengan GPBI untuk Penanggulangan ASF pada Babi

Medan, Instrumentasi.com – Kementerian Pertanian melalui Balai Veteriner Medan dan Dinas Perkebunan Peternakan Provinsi Sumatera Utara (Sumut) bersama Gerakan Peternak Babi Indonesia (GPBI) mengadakan Rapat Koordinasi (Rakor) penanggulangan Penyakit Ternak Babi atau disebut African Swine Fefer (ASF) bertempat di Cafe Fantastic, Jalan Gajah Mada No.10, Medan, Senin (28/05/2025).

Rakor ini dihadiri Kepala Veteriner Medan, Arif Hukmi, Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Sumut, Thesa Ananta dan Ketua Gerakan Peternak Babi Indonesia (GPBI), Herik Ginting bersama para Peternak Babi dari Lima (5) Kabupaten Kota; Langkat, Binjai, Sergai, Deliserdang dan Karo.

Kepala Balai Veteriner Medan, drh.Arif Hukmi menyampaikan, penyakit Babi atau yang disebut penyakit ASF ini belum tertanggulangi di Sumatera Utara ini dan Indonesia hususnya, karna sampai Tahun 2025 ini masih bermunculan di beberapa titik penyakit ASF.

Dijelaskan Arif Hukmi, Rakor ini dilaksanakan adalah sebagai tahap pertama yang turut kita libatkan dengan Dinas Provinsi dan GPBI yang turut dihadiri dari 5 Kabupaten Kota yang diantaranya; Langkat, Binjai, Sergai, Deliserdang dan Karo untuk tahap pertama.

“Bila ada kesempatan, kita akan lakukan Rakor untuk tahap kedua akan mengundang seluruh peternak babi se-Sumatera Utara untuk bagaimana menentukan langkah-langkah menanggulangi ASF ini,”ucap Arif.

Sebagaimana kita ketahui penyakit ASF ini dulunya belum ada vaksinnya, namun sekarang sudah ada terbit SK baru dari Kementerian Pertanian sudah ada vaksin ASF ini tetapi dalam tahap proses penelitian atau pengujian yang akan kita aplikasikan di lapangan.

“Ini hari kita sosialisasi kepada peternak yang masing-masing kepada 5 orang peternak bagaimana cara peternak yang baik, meningkatkan sekuriti atau keamanan lalulintasnya. Sehingga ternak babi bisa aman dari penyakit ASF,” ungkapnya.

Jadi salah satu langkah sebelum adanya vaksin dan sesudah menerima vaksin meningkatkan sekuriti atau keamanan lalulintas orang, ternak maupun peralatan- peralatan yang masuk ke kandang ternak.

Dikatakan Arif Hukmi, sedangkan penyakit ASF ini sudah ada mulai Tahun 2019 di Sumatera Utara, kadang hilang dan kadang naik lagi.

“Nah, untuk Tahun 2024- 2025 ini ada kasus ASF di beberapa titik, tetapi tidak separah Tahun 2019. Karena Tahun 2019 hampir semua daerah Provinsi Sumut terkena penyakit ASF tersebut,” sebutnya.

Jadi, semoga kedepannya dengan adanya Rakor ini kita bisa melakukan langkah- langkah untuk menjaga penyakit babi di Sumatera Utara bisa aman dari penyakit ASF.

Dan, tanda- tanda penyakit ASF ini untuk tenak babi adalah tidak mau makan, demam tinggi dan kematian nya sudah 100% dan 7 hari sudah ada tanda- tanda penyakitnya.

Sementara, Ketua Gerakan Peternak Babi Indonesia (GPBI), Heri Ginting menyampaikan, inilah awal kebangkitan peternak babi. Karena, mulai Tahun 2019 hingga hari ini sudah berjalan 6 Tahun belum ada respon. Dan ini hari dimulai dengan pimpinan Kepala Balai Pak Arif Hukmi peternak merasa diayomi di Tahun 2025 ini.

Herik Ginting berharap, melalui diskusi yang baru dilaksanakan tadi, sekitar tanggal 20 Juni ini vaksin sudah ada di Sumatera Utara. Kami juga berharap, kalo bisa Pemerintah Pusat dan Provinsi membuat vaksin ASF ini bisa di subsidi oleh Pemerintah 100%. Supaya kami peternak tidak terbebani karena perekonomian kami pun sulit.

Dikatakan Heri, karena mulai lahir dan kematian suku batak harus ada daging babi. Kalo ga ada daging babi, bukan orang batak namanya itu.

“Mohon lah kepada Bapak Kementerian Pusat dan Daerah, supaya meningkatkan perekonomian kami para peternak babi ini. Karena kami sebagai peternak babi ini adalah salah satu Program Ketahanan Pangan seperti yang dicanangkan Bapak Presiden RI Bapak Prabowo Subianto,” harapnya.

Begitu juga disampaikan Thesa Ananta, mewakili Dinas Perkebunan dan Peternakan menyebutkan, sebetulnya awal kasus ASF ini dari Tahun 2019 melalui media massa banyak bermatian ternak babi ini di Provinsi Sumatera Utara.

Dari Tahun 2019 itu juga kita sudah bekerjasama dengan pihak GPBI bersama Pak Heri Ginting, karena hingga saat ini persediaan vaksin babi ini belum ada obatnya.

Hingga sampai sekarang, pihak Provinsi Sumut dengan ketidakadaan vaksin sudah memberikan bantuan obat-obatan dan disinfektan seperti apa yang disampaikan oleh Pak Kepala Balai tadi untuk melakukan disinfektan di semua Kabupaten/Kota.

Dikatakan Thesa Ananta, kemarin juga pada awal bulan Januari Dinas Perkebunan dan Peternakan sudah turun untuk menindaklanjuti kasus kematian peternak babi yang dilaporkan melalui Ketua GPBI.

Kita juga sudah turun bersama Kepala Balai untuk mendeteksi penyakit ASF ini. Ternyata penyakit ASF ini yang tertinggi adalah di Sumatera Utara.

“Kerjasama inilah yang kami harap dari peternak untuk kita bersama- sama menjaga, supaya populasi ternak babi tidak terus menghilang. Karena cukup drastis dari awal Tahun 2019 sampai 2025 ini populasi peternak babi kita turun. Jadi, itulah yang kami harapkan tadi supaya di Tahun 2025 ini kita masih menemukan kasus-kasus kematian ternak babi yang drastis. Itu pun sudah kita tindaklanjuti bersama- sama oleh Kepala Balai dan para peternak babi yang ada di Kabupaten/Kota,”imbuh Thesa Ananta.(ron)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *