Medan  

Sutrisno Pangaribuan: Tidak Ada Ruang Bagi Tindakan Rasis di PDI Perjuangan

Medan, Instrumentasi.com – Kader PDI Perjuangan, Sutrisno Pangaribuan, menegaskan tidak ada ruang bagi tindakan rasis di tubuh PDI Perjuangan. Ia meminta agar kasus pemasangan spanduk bernuansa rasis di bekas kantor DPC PDI Perjuangan Kota Medan segera diusut dan pelakunya diproses hukum.

Menurut Sutrisno, pengurus DPC PDI Perjuangan Medan tidak perlu saling serang di media massa terkait kasus spanduk. Ia menilai langkah itu hanya memperkeruh suasana dan menguntungkan pihak yang ingin memecah belah partai.

“Kalau memang merasa terusik dengan spanduk itu, sebaiknya cari pelakunya, tangkap, lalu serahkan ke Polrestabes Medan agar diproses secara hukum,” kata Sutrisno, Kamis (25/9/2025).

Ia menekankan bahwa mengeluarkan pernyataan di media tidak akan menyelesaikan persoalan. Sebaliknya, langkah konkret diperlukan untuk menjaga soliditas partai.

Sutrisno juga mendorong DPC PDI Perjuangan Medan membentuk tim pencari fakta guna mengungkap aktor intelektual maupun pelaksana lapangan pemasangan spanduk rasis tersebut.

Selain itu, ia menekankan seluruh tindakan kader harus berlandaskan AD/ART serta peraturan partai. Menurutnya, kader yang melanggar aturan organisasi harus diberi sanksi tegas, ujarnya.

Ia juga meminta DPC PDI Perjuangan Medan segera membuat laporan polisi untuk memastikan apakah pelaku berasal dari internal atau eksternal partai.

“Menamakan diri sebagai kader militan untuk tindakan pengecut itu bentuk pengkhianatan. Semua yang terlibat harus dipecat dan diproses hukum,” imbuhnya.

Sutrisno menambahkan, jika aksi rasis itu terkait dengan Konferensi Cabang (Konpercab) partai, maka calon yang berhubungan dengan pelaku harus dicoret dari kepengurusan.

Ia juga memperingatkan agar kader tidak memainkan peran playing victim atau melakukan manipulasi politik demi mendapatkan simpati. Menurutnya, kader seperti itu wajib dipecat.

Selain itu, ia menolak tindakan kader yang berpura-pura mengecam pelaku padahal sebenarnya ikut terlibat. Tindakan lempar batu sembunyi tangan, katanya, harus ditindak tegas.

Dalam pernyataannya, Sutrisno mengingatkan kader agar tidak menjadikan media sebagai arena saling sindir. Ia menilai kebiasaan curhat di pers sama sekali tidak menyelesaikan masalah.

“Masalah spanduk ini terlalu kecil untuk diperbesar. Kalau kita latah menanggapinya, justru akan menimbulkan masalah baru,” ujarnya.

Ia juga mengutip pepatah Batak ndang matutung pamangan mandok api, yang berarti mulut tidak terbakar hanya dengan mengatakan api. Menurutnya, komentar tanpa tindakan tidak berguna.

Sebagai kader, Sutrisno menegaskan dirinya tidak pernah menggunakan isu SARA, tidak berpolitik dua kaki, dan selalu mendukung calon partai dalam Pileg, Pilpres, maupun Pilkada.

Ia menyampaikan delapan butir pandangan yang pada intinya menegaskan sikap anti-rasisme dan perlunya penegakan disiplin partai. Semua kader, katanya, harus tunduk pada aturan partai.

Sutrisno menilai PDI Perjuangan telah teruji sebagai partai ideologis yang kuat. Karena itu, partai tidak boleh memberi ruang sedikit pun bagi tindakan yang mempertentangkan suku, agama, ras, dan antargolongan.

Ia menegaskan, demokrasi membuka ruang kompetisi, tetapi bukan untuk disinformasi, fitnah, kebencian, dan isu SARA. Menurutnya, tindakan semacam itu merupakan pengkhianatan terhadap partai.

“PDI Perjuangan sudah melewati banyak ujian besar dalam perjalanan bangsa. Kami terbuka pada partisipasi demokrasi, tetapi tidak akan memberi ruang pada pemikiran dan tindakan rasis,” tegas Sutrisno.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *