Saat Danau Toba Surut, Harapan Pariwisata Meninggi di Pasir Putih Parbaba

oplus_0

Samosir, instrumentasi.com -Matahari baru saja naik di ufuk timur, memantulkan cahaya keemasan di permukaan Danau Toba yang tenang.

Suara riang anak-anak bersahutan dengan deburan air kecil yang menyentuh tepian pasir putih. Di Pantai Pasir Putih Parbaba, suasana seperti ini kembali hidup, sebuah pemandangan yang lama dinanti oleh pelaku wisata dan warga setempat.

Dalam sepekan terakhir, permukaan air Danau Toba surut hingga 50 sentimeter. Fenomena yang di satu sisi mengkhawatirkan secara ekologis, namun di sisi lain membawa berkah bagi denyut pariwisata di kawasan ini. Hamparan pasir yang selama ini terendam kini kembali muncul, seolah memperluas panggung alami bagi wisatawan yang datang berkunjung.

“Sudah dua hari ini warung saya penuh terus. Padahal sebelumnya sempat sepi karena hujan terus,” ujar Esmi Sitanggang, pemilik warung makan di pinggir pantai, sambil melayani pembeli dengan senyum yang tak bisa disembunyikan. “Air surut, matahari muncul, pengunjung pun berdatangan.”

Bagi banyak wisatawan, kembalinya bentang pasir putih itu adalah daya tarik tersendiri. Spot-spot baru bermunculan, memikat anak muda untuk berswafoto, dan keluarga untuk menggelar tikar, menyantap bekal sambil mengawasi anak-anak mereka bermain pasir.

Yuliana, wisatawan asal Pekanbaru, mengaku terpesona. “Saya baru pertama kali ke sini. Pantainya bersih, airnya tenang. Anak-anak senang sekali main di pasir. Tempatnya cocok banget buat liburan keluarga,” ujarnya sambil menggandeng anak bungsunya yang masih basah kuyup.

Tidak hanya pedagang makanan yang merasakan dampaknya. Penyedia jasa banana boat, penyewaan pelampung, hingga penjual pakaian renang juga mengaku omzet mereka naik drastis dibanding bulan lalu. Pantai ini seperti kembali bernafas setelah sekian lama tertidur dalam sepi.

Melihat antusiasme pengunjung, pengelola wisata setempat pun bergerak cepat. Mereka menambah personel untuk menjaga kebersihan, keamanan, dan mengatur lalu lintas kendaraan yang kian padat di akhir pekan.

“Kami siapkan penjaga tambahan, apalagi menjelang libur sekolah. Kami ingin memastikan pengunjung merasa aman dan nyaman,” kata Esmi, pengelola wisata setempat.

Namun, di tengah semarak itu, ada pula nada-nada kehati-hatian. Penurunan air yang terjadi tidak sepenuhnya menggembirakan. Beberapa pemerhati lingkungan mengingatkan bahwa ini bisa menjadi tanda bahaya: efek musim kemarau panjang, atau pengelolaan air yang belum seimbang.

Meski demikian, bagi masyarakat di sekitar Parbaba, momen ini adalah kesempatan untuk bangkit. Sejak awal tahun, sektor wisata lesu dihantam cuaca ekstrem dan rendahnya kunjungan. Kini, dengan cuaca membaik dan pasir kembali muncul, semangat pun menyala lagi.

“Kami harap para pelaku wisata tetap jaga kebersihan dan pelayanan. Ini saatnya kita tunjukkan kalau Parbaba bukan hanya indah, tapi juga siap menyambut siapa saja,” ujar salah satu tokoh pemuda setempat.

Sambil menikmati semilir angin sore, banyak pengunjung tak ingin cepat-cepat pulang.

Di antara tawa, debur air, dan aroma jagung bakar yang mengepul, Parbaba kembali hidup, dan mungkin, untuk sesaat, surutnya air justru membangkitkan harapan yang selama ini nyaris tenggelam. (PS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *