Samosir, Instrumentasi.com — Salah satu tokoh pelaku usaha Pantai Pasir Putih Parbaba, Mangoloi Sihaloho, menyampaikan harapannya agar pemerintah tidak hanya melakukan penataan secara sepihak, melainkan juga duduk bersama dengan pelaku usaha untuk mendengar aspirasi warga.
“Kami para pelaku usaha butuh dibina, diarahkan, bahkan difasilitasi modal. Paling tidak, setiap dua bulan sekali, dinas terkait harus meluangkan waktu untuk berdialog langsung dengan para pengelola pantai,” kata Mangoloi, yang kini dikenal dengan nama Tomi Sihaloho, Kamis (4/7/2025).
Ia menilai, selama ini komunikasi antara pemerintah dan masyarakat belum terjalin maksimal, sehingga banyak kebijakan tidak menyentuh kebutuhan dan harapan pelaku usaha lokal.
“Bandingkan dengan di Parapat, Kabupaten Simalungun. Mereka sangat kompak. Dinas pariwisata dan masyarakatnya saling mendukung dalam pengembangan destinasi,” ujarnya.
Menurut Mangoloi, masyarakat Parbaba sebenarnya sangat bersyukur karena Pantai Pasir Putih Parbaba telah menjadi destinasi wisata favorit. Ia menilai kehadiran objek wisata ini telah membuka lapangan kerja, menggerakkan ekonomi, dan meningkatkan kesejahteraan warga.
“Dulu banyak yang menolak ketika pantai ini mau ditata. Tapi sekarang kita menikmatinya. Maka mari kita syukuri dan lanjutkan ke arah yang lebih baik,” katanya.
Namun, ia juga menyoroti kondisi pantai saat ini yang dinilai semakin menurun dalam hal jumlah kunjungan.
“Saya perhatikan dari tahun ke tahun, kunjungan wisatawan makin sepi. Dulu sampai kendaraan pengunjung parkir dua kilometer ke jalan besar. Sekarang, hampir kosong. Karena daya tariknya sudah menurun, pantai terkesan kumuh dan tak tertata,” ujarnya prihatin.
Mangoloi meminta agar Pemkab Samosir benar-benar merencanakan dan menyelesaikan program penataan Pantai Parbaba sesuai tenggat waktu. Ia menekankan pentingnya kehadiran pemerintah untuk menyentuh langsung kebutuhan riil masyarakat, bukan sekadar menertibkan.
“Jangan hanya datang menertibkan, tapi tidak memberikan solusi. Kalau ada warga yang terdampak penataan, pemerintah wajib hadir memberi solusi, bukan menambah beban mereka,” ucapnya.
Ia pun menyatakan kesiapannya untuk terlibat langsung dalam dialog bersama pemerintah dan masyarakat. Mangoloi mengungkapkan bahwa dirinya bersama beberapa tokoh lain merupakan penggagas awal penamaan dan pengembangan Pantai Pasir Putih Parbaba.
“Saya bersama Pak Maringan Simbolon, Bekkar Simarmata, Saut Sihaloho, Manogu Sihaloho, Jabarani Sihaloho, Libanon Manullang, Dapot Simbolon, dan Ibu Br. Bakkara dulu yang merintis dan mempromosikan objek wisata ini. Kami tahu persis sejarahnya,” ungkapnya.
Mangoloi juga mengingatkan agar masyarakat tidak membatasi diri terhadap kehadiran pemerintah. “Pemerintah hadir untuk memajukan dan menyejahterakan masyarakat. Jangan langsung menutup diri,” katanya.
Lebih lanjut, Mangoloi menegaskan bahwa penarikan retribusi di pantai seharusnya tidak menjadi persoalan, asalkan ada transparansi dan dampaknya nyata untuk pembangunan daerah.
“Pantai Parbaba satu-satunya yang menarik retribusi. Tapi itu bisa jadi peluang untuk meningkatkan pembangunan, asal dikelola dengan baik dan adil,” ujarnya.
Ia pun mengenang perjuangannya memulai wahana banana boat dan permainan pantai lainnya di masa awal pengembangan objek wisata tersebut.
“Saya yang memulai wahana banana boat. Dulu penuh tantangan. Bahkan di tengah keramaian, ada penggembala kerbau yang memandikan ternaknya di area pantai. Belum lagi gangguan dari karamba ikan pora-pora yang mengelilingi lokasi permainan,” kenangnya.
Terakhir, Mangoloi mengajak seluruh masyarakat, pelaku usaha, dan pemerintah untuk duduk bersama merancang masa depan Pantai Parbaba.
“Putra-putri Samosir ada di mana-mana, bahkan sampai ke mancanegara. Mari kita bersama majukan negeri indah kepingan surga ini. Pantai Parbaba harus jadi kebanggaan kita bersama,” tutupnya. (PS)