Taput, Instrukentasi.com – Kerusakan jalan lintas Sumatera yang melintasi Desa Paniaran, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara, sudah banyak menelan korban jiwa. Jumat, 25 Juli 2025, dan memicu kemarahan masyarakat setempat.
Jalan tersebut merupakan akses utama antar kabupaten di wilayah Tapanuli, bahkan antar provinsi namun kondisinya sudah lama rusak parah. Lubang besar menganga di sejumlah titik, menyebabkan pengendara kerap kehilangan kendali, apalagi saat malam hari atau saat hujan deras.
Meski kerusakan telah berlangsung lama, upaya perbaikan yang dilakukan pemerintah dinilai hanya tambal sulam. Warga menilai pengerjaan perbaikan justru sering memperburuk kondisi jalan karena tidak dikerjakan secara profesional.
“Sudah banyak yang jatuh, luka-luka, bahkan meninggal dunia. Tapi sampai sekarang belum ada tindakan serius dari pemerintah,” ujar M. Silaban, sopir angkutan umum yang setiap hari melintasi jalur tersebut.
Korban terbaru adalah seorang pengendara sepeda motor yang terjatuh ketika mencoba menghindari lubang besar di badan jalan.
“Ini bukan kejadian pertama. Setiap minggu ada saja yang jatuh. Kami lelah menyampaikan keluhan yang tidak pernah ditindaklanjuti,” kata R. Simamora, tokoh masyarakat Desa Paniaran.
Warga kini mempertanyakan tanggung jawab pemerintah daerah maupun pusat. Mereka menilai ada unsur kelalaian dalam menjaga dan merawat infrastruktur jalan yang menjadi urat nadi transportasi masyarakat.
“Kami bayar pajak jalan, patuh aturan, tapi kami juga yang jadi korban. Keselamatan kami tidak dijaga,” kata seorang ibu rumah tangga dengan nada kesal.
Keluhan juga datang dari kalangan pengemudi truk dan angkutan barang. Mereka mengaku sering mengalami kerusakan kendaraan akibat menghantam lubang jalan yang tak terlihat di malam hari.
Biaya perbaikan kendaraan yang meningkat, serta waktu tempuh yang bertambah, berdampak langsung pada ekonomi masyarakat, terutama para pelaku usaha kecil yang mengandalkan transportasi antar wilayah.
Bangkit Nababan, SH, dari Devisi Investigasi Dewan Pimpinan Pusat LSM MAUNG (Monitoring Aparatur untuk Negara dan Golongan), menilai pemerintah telah lalai dan harus bertanggung jawab secara hukum dan moral atas jatuhnya korban jiwa.
“Jalan ini seharusnya menjadi prioritas pembangunan. Tapi nyatanya, sudah lama rusak berlubang karena di lubang juga tanpa penanganan menyeluruh. Pemerintah jangan hanya menunggu jatuh korban baru bertindak,” tegas Bangkit.
Ia juga menyoroti proses perbaikan jalan yang selama ini dilakukan oleh pihak rekanan. Menurutnya, perlu dilakukan audit menyeluruh terhadap kualitas pekerjaan dan kontraktor yang bertanggung jawab.
“Kami mendesak agar kontraktor pelaksana proyek jalan ini diperiksa, karena diduga ada unsur kelalaian dan pembiaran. Jangan sampai anggaran pembangunan justru menjadi alat untuk memperkaya oknum tertentu,” ujarnya.
Bangkit menambahkan, pihaknya siap mengawal kasus ini hingga ke ranah hukum apabila tidak ada tindakan cepat dari pemerintah. “Ini soal nyawa. Jangan dianggap enteng,” katanya.
Pihak Pemerintah hingga saat ini belum memberikan keterangan resmi terkait kondisi jalan tersebut, meski laporan dan sorotan publik terus mengalir.
Jurnalis Instrumentasi.com akan terus mengikuti perkembangan kasus ini dan menyampaikan informasi terkini kepada masyarakat. (BN)