Ketua DPRD Samosir Arogan ke Peserta Aksi Tutup TPL

Samosir, Instrumentasi.com — Aksi demonstrasi menuntut penutupan operasional PT Toba Pulp Lestari (TPL) di Kabupaten Samosir memanas saat aparat keamanan dan Satpol PP menghadang ribuan massa yang hendak menuju Gedung DPRD Samosir, Kamis (17/7/2025).

Massa yang tergabung dalam Serikat Tani Kabupaten Samosir (STKS), jemaat HKBP dan gereja-gereja lainnya, Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI), serta Aliansi Jurnalis Peduli Lingkungan, berkumpul di halaman kantor bupati dan bergerak menuju gedung legislatif untuk menyampaikan aspirasi.

Ketegangan sempat terjadi ketika aparat menahan laju massa. Orator aksi, Jontoni Tarihoran, yang juga Direktur AMAN Tano Batak, menyampaikan protes lantang dari atas mobil komando.

“Kepada aparat keamanan, kami minta dibukakan akses menuju DPRD Samosir untuk bertemu dengan wakil rakyat. Hanya mereka yang berpihak kepada TPL yang akan menghalangi kami,” teriak Jontoni.

Ia menegaskan bahwa aksi berlangsung tertib dan tidak bertujuan menciptakan kekacauan. “Kami datang dengan tertib sejak pagi, tapi langsung dihadang aparat. Kami hanya ingin menyampaikan suara rakyat kepada DPRD dan Bupati Samosir,” tegasnya.

Setelah perdebatan sengit, massa akhirnya diperbolehkan masuk ke halaman gedung DPRD. Namun situasi kembali memanas ketika pimpinan dan anggota dewan menemui massa tanpa menunjukkan itikad berdialog, yang kemudian memicu sorakan keras dari pengunjuk rasa.

Ketegangan mencapai puncaknya saat Ketua DPRD Samosir, Nasib Simbolon, terpancing emosi dan mengeluarkan pernyataan keras.

“Ehh, tutup mulutmu itu! Tanganmu itu jangan tunjuk-tunjuk. Jangan arogan. Harus punya etika, santun. DPRD Samosir siap menerima aspirasi. Polisi ini sedang mengamankan aksi kalian,” ujar Nasib dengan nada tinggi.

Meskipun terjadi adu mulut, DPRD akhirnya menerima perwakilan massa. Sebanyak 25 orang diizinkan masuk ke ruang rapat untuk menyampaikan tuntutan secara langsung.

Sebelum memasuki ruangan, sejumlah tokoh menyampaikan orasi penolakan terhadap keberadaan TPL. Di antara mereka hadir Praeses HKBP Distrik VII Samosir, Pdt. Rintalori Sianturi, aktivis Anggiat Sinaga, Pahalatua Simbolon, jurnalis Fernando Sitanggang dan Efendy Naibaho, serta perwakilan masyarakat Tele, khususnya dari Baniara dan AMAN.

Aksi ini kembali menegaskan bahwa penolakan terhadap TPL masih menguat di tengah masyarakat Samosir. Dukungan dari berbagai elemen—petani, gereja, pemuda, hingga jurnalis lingkungan—menunjukkan bahwa isu ini tidak hanya soal lingkungan, tetapi juga soal keberpihakan terhadap hak-hak masyarakat adat. (PS)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *